Senin, 19 Oktober 2009

obat nyamuk

A. GAMBARAN UMUM BAHAN KIMIA
1. Nama : Obat Nyamuk
2. Bahan Dasar
obat nyamuk mengandung beberapa racun antara lain Propoxur, DDVP atau dichlorvos, dan transfluthrin.
Propoxur adalah senyawa karbamat (senyawa antaranya, MIC, pernah menewaskan ribuan orang dan menyebabkan kerusakan syaraf ratusan ribu orang lainnya dalam kasus Bhopal di India) yang telah dilarang penggunaannya di luar negri karena diduga kuat sebagai zat karsinogenik DDVP atau dichlorvos merupakan zat turunan chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia, sedangkan transfluthrin relatif aman hingga saat ini.

3. Karakteristik
Menurut WHO Grade Class, dichlorvos atau DDVP (dichlorovynill dimetyl phosphat) termasuk berdaya racun tinggi. Jenis bahan aktif ini dapat merusak sistem saraf, mengganggu sistem pernapasan, dan jantung. Lembaga di Amerika yang bergerak dalam perlindungan lingkungan yakni Environment Protection Authority (US EPA) dan New Jersey Department of Health merekomendasikan hal sama. Dichlorvos sangat berpotensi menyebabkan kanker, menghambat pertumbuhan organ serta kematian prenatal, merusak kemampuan reproduksi, dan menghasilkan susu. Bagi lingkungan, bahan aktif jenis ini menimbulkan gangguan cukup serius bagi hewan dan tumbuhan, sebab bahan ini memerlukan waktu yang lumayan lama untuk dapat terurai baik di udara, air, dan tanah.
Sementara, propoxur termasuk racun kelas menengah. Jika terhirup maupun terserap tubuh manusia dapat mengaburkan penglihatan, keringat berlebih, pusing, sakit kepala, dan badan lemah. Propoxur juga dapat menurunkan aktivitas enzim yang berperan pada saraf transmisi, dan berpengaruh buruk pada hati dan reproduksi.

B. RESIKO

C. PENGENDALIAN BAHAN BERBAHAYA
Berikut merupakan beberapa upaya untuk pengendalian bahan berbahaya
1. Usaha pertama adalah mencegah masuknya hama ke dalam rumah. Misalnya menggunakan tirai atau kawat nyamuk, menutup lubang dan celah-celah, menjaga kebersihan rumah dari sampah tercecer atau tertimbun, serta menjaga tempat sampah selalu tertutup. Meletakkan perangkap nyamuk atau tikus di lokasi-lokasi strategis.
2. Langkah berikut, memusnahkan habitat hama dengan secara rutin membersihkan rumah dan halaman, terutama tempat-tempat persembunyian hama seperti nyamuk, lalat, dan kecoa, serta memusnahkan telur-telurnya. Kecoa cenderung tinggal dan bertelur di tempat-tempat terlindung yang hangat seperti sudut rak dan laci, di celah-celah kayu yang lembap, di bawah tempat cuci piring, dan tempat-tempat sampah. Lalat senang tinggal di tempat sampah, tempat-tempat lembap dan bau, seperti alas tidur binatang peliharaan dan tempat menyimpan kompos. Nyamuk berkembang biak di air tergenang seperti di parit, dalam ban-ban bekas, dalam vas yang lama tidak diganti, dan kubangan sekitar rumah. Membersihkan debu di rak-rak buku, lemari pakaian, meja tulis rak-rak makanan, wadah makanan, dan sudut-sudut rumah akan membantu mengurangi serangan hama.
3. Untuk mengusir hama, sebaiknya dipergunakan pestisida organik dan pengusir hama dari tumbuh-tumbuhan yang mudah terurai di alam. Meski diakui efektivitas pestisida organik tidak seketika, alias perlu aplikasi berulang-ulang. Misalnya: Membakar kulit duku atau kulit durian kering dapat mengusir nyamuk. Menaruh daun mindi kering di bawah kasur dapat mengusir kutu busuk dan bila ditaruh di bawah alas tumpukan baju di dalam lemari pakaian dapat mengusir kutu baju. Wangi alami bunga lavender, minyak cengkeh untuk mengusir kutu baju, nyamuk, kecoa, dan lalat. Yang tak kalah asyik, menangkap nyamuk dengan menggunakan pemukul nyamuk listrik, atau bagian dalam tutup panci yang diolesi minyak goreng. Sementara mencegah serangan nyamuk kala santai bisa dioleskan minyak kayu putih atau minyak tawon.
4. Pestisida sintetis memang harus dibiasakan menjadi alternatif terakhir. Itu pun harus dipilih yang tidak terlalu berbahaya bagi manusia dan lingkungan, serta digunakan dalam dosis rendah. Bila menggunakan metode ini sebaiknya bersamaan dengan metode-metode ramah lingkungan lain.

Kamis, 15 Oktober 2009

sampah plastik


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga. Jika mendengar istilah sampah, pasti yang terlintas dalam benak adalah setumpuk limbah yang menimbulkan aroma bau busuk yang sangat menyengat. Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah adalah zat kimia, energi atau makhluk hidup yang tidak mempunyai nilai guna dan cenderung merusak. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak (wikipedia).
Sampah dapat berada pada setiap fase materi yaitu fase padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yaitu cair dan gas, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Bila sampah masuk ke dalam lingkungan (ke air, ke udara dan ke tanah) maka kualitas lingkungan akan menurun. Peristiwa masuknya sampah ke lingkungan inilah yang dikenal sebagai peristiwa pencemaran lingkungan (Pasymi).
Berdasarkan sumbernya sampah terbagi menjadi sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan sampah pertambangan. Sedangkan berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi dua yaitu 1) sampah organik atau sampah yang dapat diurai (degradable) contohnya daun-daunan, sayuran, sampah dapur dll, 2) sampah anorganik atau sampah yang tidak terurai (undegradable) contohnya plastik, botol, kaleng dll.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri, misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Laju pengurangan sampah lebih kecil dari pada laju produksinya. Hal ini lah yang menyebabkan sampah semakin menumpuk di setiap penjuru kota.
Besarnya timbunan sampah yang tidak dapat ditangani tersebut akan menyebabkan berbagai permasalahan baik langsung maupun tidak langsung bagi penduduk kota apalagi daerah di sekitar tempat penumumpukan. Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit menular maupun penyakit kulit serta gangguan pernafasan, sedangkan dampak tidak langsungnya diantaranya adalah bahaya banjir yang disebabkan oleh terhambatnya arus air di sungai karena terhalang timbunan sampah yang dibuang ke sungai.
Selain penumpukan di tempat pembuangan sementra (TPS), sampah pun akan semakin meningkat jumlah nya di tempat pembuangan akhir (TPA). Dengan semakin bertumpuknya sampah di TPA-TPA, akan lebih berpeluang menimbulkan bencana seperti yang terjadi di salah satu TPA yang ada di Bandung beberapa tahun lalu. Bencana longsong yang terjadi di TPA tersebut terjadi karena adanya akumulasi panas dalam tumpukan sampah yang pada akhirnya menimbulkan ledakan yang sangat hebat. Karena ledakan inilah maka sampah-sampah tersebut longsor dan menimbun puluhan rumah serta pemiliknya. Tak kurang dari 100 orang meninggal karena peristiwa ini. Dari kejadian tersebut kita harus berfikir keras bagaimana agar bencana serupa tidak trjadi di TPA-TPA yang lainnya.
Selain dampak yang telah disebutkan tadi, secara tidak langsung sampah yang menumpuk akan berpengaruh pada perubahan iklim akibat adanya kenaikan temperatur bumi atau yang lebih dikenal dengan istilah pemanasan global. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pemanasan global terjadi akibat adanya peningkatan gas-gas rumah kaca seperti uap air, karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrooksida (N2O). Dari tumpukan sampah ini akan dihasilkan ber ton-ton gas karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas metana (CH4) dapat dirubah menjadi sumber energi yang akhirnya bisa bermanfaat bagi manusia. Sedangkan untuk gas karbondioksida (CO2), sampai saat ini belum ada pemanfaatan yang signifikan.
Akan tetapi proses perubahan gas metana (CH4) menjadi energi tetap saja menghadapi kendala diantaranya adalah kurangnya prospek dari segi ekonomi, yang akhirnya membuat perkembangannya masih tetap jalan ditempat dan entah kapan akan maju. Akibatnya gas metana (CH4) yang dihasilkan dari tumpukan sampah hanya dapat dibiarkan saja mengapung keudara tanpa bisa dimanfaatkan.
Gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan di TPA-TPA pun tidak hanya berasal dari penumpukan sampah-sampah saja. Tetapi berasala juga dari pembakaran-pembakaran sampah plastik yang di lakukan oleh pemulung. Para pemulung ini membakar sampah plastik untuk lebih memudahkan dalam memilih sampah-sampah yang tidak bisa dibakar seperti besi. Padahal dengan pembakaran ini akan sangat merugikan terutama bagi kesehatan masyarakat disekitar tempat pembakaran. Besarnya gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran tentu saja akan semakin meningkatkan temperatur di permukaan bumi ini. selain itu abu dari sisa pembakaran sampah akan menimbulkan gangguan pernafasan pada masyarakat sekitar.
Menurut Sumaiku selain menghasilkan gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah besar, pembakaran sampah akan menghasilkan senyawa yang disebut dioksin. Dioksin adalah istilah yang umum dipakai untuk salah satu keluarga bahan kimia beracun yang mempunyai struktur kimia yang mirip serta mekanisma peracunan yang sama. Keluarga bahan kimia beracun ini termasuk (a) Tujuh Polychlorinated Dibenzo Dioxins (PCDD); (b) Duabelas Polychlorinated Dibenzo Furans (PCDF); dan (c) Duabelas Polychlorinated Biphenyls (PCB). Racun udara dioksin akan berbahaya pada gangguan fungsi daya tahan tubuh, kanker, perubahan hormon, dan pertumbuhan yang abnormal. Dengan demikian pengurangan sampah dengan pembakaran lebih baik dihindari
Pengetahuan atau pemahaman tentang sifat – sifat sampah sering kali terlupakan sehingga berakibat pada tidak tepatnya pengelolahan atau penanganan sampah tersebut. Sebagai contoh sampah sisa makanan yang mempunyai sifat sangat basah dan mudah membusuk sering ditempatkan pada tempat sampah yang konstruksinya terbuat dari bahan yang tidak rapat air dan tidak bertutup, bahkan pembuangannyapun sering dilakukan ketika sampah sudah membusuk, akibatnya lantai memjadi basah, tempat sampah menjadi cepat rusak, banyak kerumunan serangga terutama lalat dan pandangan serta aroma yang tidak sedap. Hal – hal tersebut sudah menjadi kebiasaan masyarakat disekitar kita semua dan sudah bukan merupakan suatu masalah.
Faktor – faktor yang mempengaruhi masalah menumpuknya sampah antara lain :
1.      Volume sampah sangat besar senhingga melebihi kapasitas daya  tampung TPA
2.      Lahan TPA semakin sempit karena tergeser tujuan penggunaan lain
3.      Teknologi pengelolahan sampah yang tidak optimal sehingga sampah lambat membusuknya.
4.      Managament pengelolahan sampah tidah efektif sehingga seringkali menjadi penyebab distorsi dengan masyarakat setempat.
5.      Kurang dukungan kebujakkan dari pemerintah, terutama dalam memanfaatkan produk sampingan dari sampah sehingga menyebabkan tertumpuknya produk tersebut di TPA.
Oleh karena itu masyarakat di perumahan Bantar Soka berinisiatif untuk membuat sampah – sampah organik tersebut menjadi kompos. Dengan cara menbuka lahan untuk dijadikan TPS, yang merupakan suatu cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan sampah (sumber timbula sampa). Hal tersebut dilakukan karena dapat meminimalisir sampah yang ada pada TPS tersebut dan mempunyai nilai jual.
Di masa mendatang, penggunaan kompos sebagai sumber nutrisi tanaman akan sangat berarti dan memiliki prospek bisnis yang cerah. Kompos tidaj hanya mengandung unsur hara makro (N, P dan K), unsur hara mikro (Fe, B, S dan Ca) pun terkandung lengkap di dalamnya walaupun diakui kandungan haranya lebih sedikit dibandingkan pupuk kimia. Penggunaan kompos tidak hanya sebagai penyedia unsur hara tetapi lebih diutamakan untuk memperbaiki kondidi fisik tanah.
Namun, penggunaan kompos sebagai pupuk alami tidak selalu berjalan mulus. Banyak kendala yang harus dihadapi terutama dari segi pemasaran. Selain kualitas kompos tidak merata, persaingan dagang dengan pupuk kimia menjadi halangan utama. Selain lebih praktis, respon pupuk kimia dalam menunjukkan hasil nyata lebih cepat dibanding kompos. Murahnya harga jual pupuk kimia dan diperlukan sertifikat sah dari Lembaga Sertifikat Nasional/Internasional dalam menjual produk pertanian organik turut menambah lemahnya penjualan kompos.

B.            TUJUAN
a.              Mengetahui bahan pembuatan kompos di TPS Bantarsoka.
b.             Mengetahui proses pengolahan kompos di TPS Bantarsoka
c.              Mengetahui permasalahan yang ada dalam pengolahan kompos

C.           Manfaat
a.              Dapat mengetahui bahan baku dalam pembuatan kompos.
b.             Dapat mengetahui proses pengolahan kompos di TPS Bantarsoka.
c.              Dapat mengetahui permasalahan yang ada dalam pengolahan kompos.










BAB II
HASIL KUNJUNGAN

A.   Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pemanfaatan kompos adalah :
1.      Sampah organik, yaitu sampah yang mudah terurai oleh mikroorganisme, mudah membusuk dan biasanya bukan merupakan hasil olahan dengan teknologi tinggi, contohnya sampah gerbage.
2.      Tanah
3.      Ragi, yaitu bahan kimia yang mengandung bakteri yang merupakan fermentasi mikroba untuk mendegradasi sampah.
B.     Proses
Proses pengomposan yang dilakukan di TPS Bantar Soka Griya Satria Rt 02 Rw 10 adalah :
a.             Sampah yang berasal dari rumah – rumah diambil oleh petugas sampah, kemudian ditampung ke TPS Bantar Soka.
b.            Pemilahan sampah organik dan anorganik.
c.             Pilihlah tumpukan sampah yang didominasi sampah organik.
d.            Masukkan sampah kedalam mesin cacah.
e.             Tambahkan bahan yang sudah dicacah dengan bahan inokulum (ragi).
f.             Gali dan pisahkan tanah tersebut dari sampah – sampah lain yang tidak lapuk, seperti gelas, plastik, mika, atau kaca.
g.            Jemur tanah hingga kering selam beberapa hari, lalu ayak hingga membentuk tanah remah.
h.            Tambahkan ragi dengan takaran 1 liter ragi untuk 10 liter air.
i.              Aduk merata bahan kompos dan ragi.
j.              Simpan selama 40 hari dengan menjaga kestabilan suhu yaitu 700 C. Dan jangan lupa dibalik agar kelembaban sampah merata agar sampah tidak busuk.
k.            Setelah 30 – 90 hari didiamkan, kompos siap digunakan.
l.              Packing, pupuk siap pasarkan.

C.    Permasalahan
1.      Permasalahan yang ditimbulkan dalam pengomposan antara lain:
1.      Dalam pemilahan antar sampah organik dan anorganik membutuhkan waktu yang lama, karena sampahnya tercampur.
2.      Jangka waktu proses pengomposan lama sekitar 40 hari.
3.      Adanya kontaminasi oleh zat beracun atau zat kimia dan penyakit tanaman sehingga mikroorganisme kompos dan tanaman mati.
4.      Cuaca yang sering berubah – ubah membuat proses pengomposan berlangsung tidak optimal.
5.      Timbulnya bau busuk, kerumunan serangga dan masalah lingkungan lain ditempat pengomposan.
2.      Permasalahan yang ditimbulkan dalam pemasaran kompos antara lain ;
1.      Pemasaran kompos masih kurang luas dan kurang diminati masyarakat.
2.      Kualitas tidak merata.
3.      Harga jual pupuk organik lebih mahal dibandingkan pupuk kimia.
4.      Pupuk kimia lebih praktis dibandingkan pupuk organik.



BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan
1)      Bahan pembuatan kompos di TPS Bantarsoka antara lain :
a.       Sampah organik, yaitu sampah yang mudah terurai oleh mikroorganisme, mudah membusuk dan biasanya bukan merupakan hasil olahan dengan teknologi tinggi, contohnya sampah gerbage.
b.      Tanah
c.       Ragi, yaitu bahan kimia yang mengandung bakteri yang merupakan fermentasi mikroba untuk mendegradasi sampah
2)      Proses pengolahan kompos di TPS Bantarsoka, yaitu :
a.             Sampah yang berasal dari rumah – rumah diambil oleh petugas sampah, kemudian ditampung ke TPS Bantar Soka.
b.            Pemilahan sampah organik dan anorganik.
c.             Pilihlah tumpukan sampah yang didominasi sampah organik.
d.            Masukkan sampah kedalam mesin cacah.
e.             Tambahkan bahan yang sudah dicacah dengan bahan inokulum (ragi).
f.             Gali dan pisahkan tanah tersebut dari sampah – sampah lain yang tidak lapuk, seperti gelas, plastik, mika, atau kaca.
g.            Jemur tanah hingga kering selam beberapa hari, lalu ayak hingga menbentuk tanah remah.
h.            Tambahkan ragi dengan takaran 1 liter ragi untuk 10 liter air.
i.              Aduk merata bahan kompos dan ragi.
j.              Peking, pupuk siap pasarkan.

Permasalahan yang ada dalam pengelolaan kompos yaitu :
a.       Permasalahan yang ditimbulkan dalam pengomposan antara lain:
1.      Dalam pemilahan antar sampah organik dan anorganik membutuhkan waktu yang lama, karena sampahnya tercampur.
2.      Jangka waktu proses pengomposan lama.
3.      Adanya kontaminasi oleh zat beracun atau zat kimia dan penyakit tanaman sehingga mikroorganisme kompos dan tanaman mati.
4.      Cuaca yang sering berubah – ubah membuat proses pengomposan berlangsung tidak optimal.
5.      Timbulnya bau busuk, kerumunan serangga dan masalah lingkungan lain ditempat pengomposan.
b.      Permasalahan yang ditimbulkan dalam pemasaran kompos antara lain ;
1.      Pemasaran kompos masih kurang luas dan kurang diminati masyarakat.
2.      Kualitas tidak merata.
3.      Harga jual pupuk organik lebih mahal dibandingkan pupuk kimia
4.      Pupuk kimia lebih praktis dibandingkan pupuk organik.



B.                 Saran
a.       Agar tidak menimbulkan permasalahan sampah lebih baik, sebaiknya dilakukan pengolahan sampah seperti contohnya pada sampah organik, bisa dilakukan pengolahan menjadi kompos dan sampah anorganik dapat di daur ulang.
b.      Sebaiknya dalam pembuatan kompos, harus memperhatikan suhu agar sampah tidak menjadi busuk.

LAPORAN HYPERKES

LAPORAN HYPERKES

KUNJUNGAN LAPANGAN

BANDUNG

2009







Oleh :

Ivan Rafsanjani Idris

P17433107126

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES SEMARANG

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PRODI DIII KESEHATAN LINGKUNGAN

PURWOKERTO

2009

PT. DIRGANTARA INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perusahaan merupakan salah satu dari instansi yang melakukan kegiatan yang berupa produksi barang maupun jasa.Dalam proses produksi tersebut banyak hal yang di lakukan dan melibatkan banyak manusia sebagai pekerja.Dalam proses kerja perlu adanya pengawasan dan perlindungan terhadap para pekerja.Sebab keselamatan pekerja perlu di lindungi.Hal ini berdasarkan UU NO.1 Tahun 1970 yang mengatur kerselamatan kerja dalam segala tempat kerja di darat,di dalam tanah,di permukaan air,di dalam air,maupun di udara dalam wilayah Republik Indonesia.

Peraturan ini mencakup tempat dimana di lakukan pekerjaan bagi suatu usaha,adanya tenaga kerja yang bekerja di sana dan adanya bahaya kerja di tempat kerja.

Dengan adanya peraturan tersebut maka perlu adanya pembuatan dan pelaksaan sistem K3(kesehatan keselamatan kerja).Tujuan dari K3 sendiri berupa mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja,menciptakan tempat kerja yang aman,efisien,produktif dan sumber produksi yang di pakai secara efisien.

Untuk melaksanakan sistem K3 perlu adanya manajemen K3 yang berfungsi untuk mengatur, merencanakan, mengorganisasikan dan memimpin pelaksanaan K3.

PT. Dirgantara Indonesia merupakan salah satu perusahaan terbesar di Indonasia yang melakukan peoses produksi dalam hal perakitan pesawat terbang. Dalam kegiatan produksi tersebut melibatkan banyak pekerja baik dalam proses bahan baku maupun dalam proses perakitanya.

Oleh karena itu perlu adanya penerapan sistem Manejmen K3. Dari hal tersebut maka kami berusaha mempelajari pelaksanaan sistem K3 di perusahaan tersebut, yang kami laksanakan pada hari Selasa, 9 Juni 2009.

B. Tujuan

1. Melihat keadaan kesehatan keselamatan kerja di PT.Dirgantara Indonesia

2. Menganalisis kesehatan keselamatan kerja di PT.Dirgantara Indonesia

3. Menentukan dan menemukaan masalah kesehatan kerja.

C. Manfaat

1. Bagi Pemilik Perusahan

Memberikan informasi mengenai pelaksanaan kesehatan keselamatan kerja di PT. Dirgantara Indonesia.

2. Bagi masyarakat

Menambah pengetahuan mengenai pelaksanaan kesehatan keselamatan kerja yang ada di PT. Dirgantara Indonesia.

3. Bagi pengamat

Menambah wawasan mengenai pelaksanaan kesehatan keselamatan kerja yang ada di PT. Dirgantara Indonesia.

BAB II
ISI

A. Data Umum

1. Nama perusahaan : PT. Dirgantara Indonesia

2. Alamat perusahaan : Jl. Pajajaran No.154 Bandung

3. Pemilik :-

4. Tanggal pemeriksaan : 9 juni 2009

5. Luas wilayah : ± 70 hektar

Di PT. Dirgantara Indonesia Sudah di bentuk struktur organisasi K3 di setiap unit departemen. Sistem manejemennya pun telah di laksanakan. Pelaksanaa K3 LH di PT. Dirgantara Indonesia meliputi kegiatan Pengelolaan air bersih, limbah, internal audit.

Pelaksaan K3 dalam hal gizi kerja di PT. Dirgantara Indonesia di laksanakan dengan pemberian tambahan makanan khusus kepada beberapa pekerja.

Pencegahan kecelakaan kerja di lakukan dengan pemberian training, sosialisasi, pengamanan dan penggunaan APD.

APD yang di gunakan,untuk bagian work shop berupa sarung tangan, masker, helm, wear pack. Untuk bagian perakitan pesawat menggunakan ear plug untuk menghindari paparan kebisingan karena mesin-mesin yang mengeluarkan suara sangat bising. Setiap tahun ada pengukuran kebisingan selain itu juga terdapat poliklinik untuk penjaminan kesehatan para pekerja.

Jaminan atau asuransi yang di gunakan untuk para pekerja adalah berupa jamsostek.

Statistik kecelakaan kerja di PT. Dirgantara Indonesia, pada tahun 2008 mencapai 0% atau zero accident, hal ini merupakan satu prestasi yang sangat bagus di perusahaan yang telah menetapkan standar operasional K3 untuk mengurangi kecelakaan akibat kerja di tempat kerja.

Tempat yang berpotensi sebagai penyebab kebakaran adalah Work Shop. Penanganan kebakaran dengan cara adanya tim inti penangan darurat.Penggunaan bahan kimia pun telah di sesuaikan dengan MSDS (Lembar Kerja Keselamatan Bahan).

B. Diagram alir proses produksi:

Almunium Durol (di Datangkan dari Jerman,Inggris,Kanada)

Proses prestorming/penarikan (di tarik dengan bentuk)




Mesin Rilling


Shutpeening system (Pemadatan Struktur dengan Baja)

Chemical treatment (Proses kimiawi,dengan pemberian unsur titanium)


Painting (Pengecatan)




Bonding dan Composite (penggabungan Material)

Uji Kalibrasi Komponen pesawat.




Proses penggabungan komponen pesawat

Keterangan :

Bahan yang digunakan dalam pembuatan pesawat yaitu aluminium durol yan memiliki unsure kimia 16-19 unsur. Bahan ini dipilih dalam proses pembuatan pesawat karena memiliki kelebihan-kelebihan antara lain : apabila ditarik tidak robek dan lebih ringan. Aluminium jenis ini didatangkan dari Jerman, Inggris, Kanada, Amerika Serikat dan Eropa.

Pada tahap pertama dilakukan proses yaitu Pre Storming (penarikan dengan mesin). Kemudian setelah ditarik, aluminium durol tersebut diulir atau diriling yaitu komponen dibuang 70 % material dan hanya digunakan 30 % materialnya saja. Setelah itu terdapat proses pembentukan komponen pesawat. Pada tahap ini terdapat 2 metode yaitu :

1. Pembentukan komponen pesawat yang besar dengan menggunakan mesin cincinati Milacron yang dibuat oleh Amerika Serikat pada tahun 1986.

2. Pembentukan komponen pesawat yang kecil dengan mesin Okumahowa yang dibuat oleh Jepang.

Pada tahap tersebut terjadi proses yang dinamakan water culer yaitu menstabilkan suhu ketika terjadi benturan mata bor dengan metal yang berakibat terjadinya pemuaian.

Kemudian tahap selanjutnya yaitu dilakukan proses Shut peening system yaitu proses pemadatan struktur komponen pesawat dengan baja. Setelah dipadatkan, lalu dilakukan proses Chemical Treatment yaitu berbagai proses rangkaian kimia contohnya seperti cara penanggulangan karat dengan penambahan unsure-unsur titanium dengan dicelupkan beberapa menit.

Setelah melalui proses Chemical Treatment, komponen tersebut di cat atau dikenal dengan istilah painting dengan cat dasar berwarna hijau. Cat yang digunakan merupakan cat anti petir dan anti karat.

Kemudian proses selanjutnya yaitu pproses Bonding and Composite. Bonding yaitu proses penggabungan material utama dan material bantu. Sedangkan Composite merupakan proses pemberian bahan agar dapat dideteksi oleh radar yaitu dengan bahan karbon Setelah itu tiap komponen pesawat diuji kalibrasinya.

Pada tahap terakhir yaitu penggabungan komponen pesawat yang tidak dilakukan dengan las tetapi dengan paku keeling karena apabila terjadi kerobekan pada bagian luar body pesawat di angkasa maka bagian dalam tidak mengalami kerobekan juga.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Permasalahan

Dari pengamatan yang kami lakukan di PT.Dirgantara Indonesia dapat di peroleh beberapa permasalahan yang ada, diantaranya:

Dalam perancangan Ergonomi Pesawat masih mendatangkan dari luar negeri, seperti kursi penumpang pesawat sehingga ukuran antropometri yang digunakan masih menggunakan ukuran antropometri orang luar negeri.

B. Pemecahan masalah

Dari beberapa permasalahan yang ada,dapat di analisis pemecahan masalahnya sebagai berikut:

Perlu adanya perancangan peralatan pesawat yang di sesuaikan dengan antropometri orang indonesia karena ini akan mempengaruhi kenyamanan bagi penumpang yang berasal dari kalangan negara sendiri.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Keadaan kesehatan keselamatan kerja di PT. Dirgantara Indonesia sudah baik.ini dapat di lihat dari sudah adanya pelaksaan manajemen K3 yang di tandai dengan adanya tim K3 di setiap departemen yang ada di PT. Dirgantara Indonesia.

2. Analisis kesehatan keselamatan kerja di PT. Dirgantara Indonesia walaupun sudah di laksanakan dengan baik namun masih ada beberapa permasalahan yang menyangkut keselamatan kerja yang belum di laksanakan secara maksimal karena keterbatasan kemampuan SDM dan pendanaannya yang kurang.

3. Beberapa permasalahan yang ada di PT. Dirgantara Indonesia yang berkaitan dengan keselamatan kerja di antaranya adalah:

Masalah antropometri yang belum di sesuaikan antropometri orang Indonesia karena masih mendatangkan dari luar negeri.

4. Langkah penyelesaian masalahnya adalah:

Adanya usaha untuk rekayasa alat yang di sesuaikan dengan antropometri orang Indonesia

B. Saran

1. Pelaksanaan K3 meliputi banyak hal dan melibatkan banyak orang sehingga perlu adanya kerjasama di setiap unit.

2. K3 merupakan hal yang penting karena menyangkut keselamatan dan keuntungan perusahaan maka pelaksanaanya harus tegas dan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan terutama untuk standar keamanan pekerja.

RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan K3 di seluruh sektor kesehatan merupakan tuntutan globalisasi. Komite K3 di sektor kesehatan telah ada sejak 1993. Sejak tahun 1995 RSHS telah mengelola K3 atas dasar Surat Edaran Yanmed tahun 1995 (PK3RS). Sesuai dengan perkembangan situasi yg ada saat ini maka RSHS tahun 2003 membentuk Organisasi K3 yaitu Komite Mutu-K3RS.

Dasar Pelaksanaan Kegiatan : SOTK RSHS Ps.61 Tahun 2006. Komite Mutu-K3RS adalah wadah non struktural yang keanggotaannya terdiri dari berbagai Profesi. Merumuskan dan menyusun Pedoman MUTU dan K3RS. Bekerjasama dengan unit kerja. Memantau, evaluasi dan dokumentasi fasilitas RS serta Melaporkan kegiatan pengembangan Mutu & K3RS.

Dasar hukum pelaksanaan K3 Rumah Sakit di atur sebagai berikut:

1. UU no 1 th 1970 ttg. Keselamatan Kerja.

2. UU no 23/1992 ttg Kesehatan (Ps.23).

3. Kepres no 22/1993 tentang Penyakit Akibat Hubungan Kerja;

4. Kepmenkes 983/1992 ttg. Pedoman Organisasi RSU;

5. Pedoman Sanitasi RS Indonesia, 1994.

6. Kepmen LH no 58 th 1995, BML limbah cair RS

7. SK Menkes Nomor : 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan lingkungan Rumah Sakit

8. Kepmenkes No.432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.

Faktor pendorong pelaksanaan K3RS adalah:

1. Globalisasi dan Pasar Bebas AFTA 2003 dan WTO 2010, K3 merupakan prasyarat yang harus dipenuhi dlm hubungan ekonomi antar negara oleh semua anggota termasuk Indonesia.

2. Pada Visi Indonesia Sehat 2010, dalam strategi pencapaiannya ditetapkan 10 Program Unggulan salah satunya adalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Sasaran dari K3 RS adalah

1. Rumah Sakit

2. Karyawan Rumah Sakit

3. Pasien dan keluarganya, Pengunjung, rekanan rumah sakit.

Berdasarkan pemikiran di atas maka kami menganalisis pelaksanaan K3 yang ada di ”Rumah Sakit Dr.Hasan Sadikin Bandung”.

B. Tujuan

1. Melihat keadaan kesehatan keselamatan kerja di RSHS

2. Menganalisis kesehatan keselamatan kerja di RSHS

3. Menentukan dan menemukaan masalah kesehatan kerja. Di RSHS.

C. Manfaat

1. Bagi Pemilik Rumah sakit

Memberikan informasi mengenai pelaksanaan kesehatan keselamatan kerja.

2. Bagi masyarakat

Menambah pengetahuan mengenai pelaksanaan kesehatan keselamatan kerja yang ada di RSHS.

3. Bagi pengamat

Menabah wawasan mengenai pelaksanaan kesehatan keselamatan kerja yang ada di RSHS.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Data umum

1. Nama Rumah sakit : Rumah Sakit Hasan Sadikin

2. Alamat Rumah Sakit : J l.Pasteur No.38 Bandung

3. Tanggal pemeriksaan : 9 juni 2009

B. Struktur Organisasi Komite Mutu & K3 RSHS

Data KK dan PAK di RSHS:

1. Tahun 2006

a. Pernah tertusuk jarum : 54,6% (400 responden tenaga kesehatan).

2. Tahun 2007

a. 2 orang petugas IGD TB.

b. 22 orang melapor tertusuk jarum.

3. Tahun 2008

  1. 5 orang melapor tertusuk jarum

C. Perkembangan Organisasi K3 di RSHS

Nama Organisasi

Tahun

Ketua

PK3RS

1995-1998

Wadir Pelayanan Medis& Keperawatan (dr. Rustama)

Sekretariat : Ka.RT

PK3 RSHS

1998-2003

Ka.Bid.Pelayanan Medis

Sekretaris : ir. Suparjo

Komite Mutu-K3RS

2003 s/d 2006

Ketua : DR. Tri Wahyu,dr., Sp.BT-KV

Komite Mutu-K3RS

2006 s/d Mei 2009

Ketua : dr. Soehartinah Kramadibrata.,Sp.Rad.,MpH

Komite Mutu-K3RS

Juni 2009 - sekarang

Ketua :dr. Ina Rosalina Dadan, SpA(K).M.Kes,M.Hkes

Visi komite mutu K3 RSHS: adalah Petugas kesehatan RSHS yang sehat produktif tahun 2010.

D. Implementasi program K3RS DI RSHS

1. Program Keselamatan

a. Pencegahan Kecelakaan Kerja : Rambu-rambu, denah potensi bahaya, dll.

b. Penyidikan kecelakaan kerja

c. Inspeksi K3

d. Pemilihan, penyediaan, pembinaan dan pengawasan penggunaan APD

e. Pelatihan K3

f. Penyuluhan K3

g. Penyusunan juklak/manual/SOP tentang K3

h. Penyuluhan, pembinaan dan diklat K3

i. Pencegahan dan Pananggulangan Kebakaran

j. Penanggulangan keadaan darurat (Emergency Response)

k. Audit K3

l. Pencatatan dan Pelaporan kegiatan K3 di unit-unit Kerja.

2. Program Kesehatan Kerja

a. Pemeriksaan Kesehatan Awal, berkala dan khusus

b. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja

c. Pengukuran kondisi lingkungan kerja

d. Pengendalian/penanggulangan lingkungan kerja

e. Inventarisasi Potensial Hazard

f. Pembinaan Gizi Kerja

g. Pemberian paket penanggulangan Anemia

h. Upaya-upaya yang dilakukan sehubungan dengan kapasitas dan beban kerja.

i. Pelaksanaan upaya penanggulangan bahaya potensial

j. Pelaksanaan cara kerja yang baik disetiap unit kerja

k. Pengorganisasian dan pembagian tugas yang jelas

3. Program Pencegahan kebakaran dan Penanggulangan Bencana

a. Inventarisasi sarana proteksi kebakaran

b. Inventarisasi sarana penyelamatan jiwa

c. Pemeriksaan dan pengujian sarana proteksi kebakaran

d. Penyusunan pedoman, SOP, intruksi kerja

e. Pemeriksaan sarana penyelamatan jiwa

f. Diklat, pelatihan dan simulasi kebakaran

g. Pencatatan dan pelaporan kejadian kebakaran

*)Dalam pelaksanaan pekerjaan di RSHS menggunakan sistem sift.Kecelakaan kerja yang banyak terjadi adalah berupa percikan darah di ruang kebidanan.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Permasalahan

Dari hasil wawancara dan pengamatan mengenai pelaksanaan K3 di RSHS di temukan beberapa permasalahan yang ada di antaranya :

1. Dalam sistem audit pelaporan mengenai data K3 (kesehatan, keselamatan dan kecelakaan kerja) disetiap bagian masih mengalami kesulitan, disebabkan kurang adanya kedisiplinan. Sehingga keterlambatan laporan ini menyebabkan evaluasi dan perencanaan K3 RS juga mengalami keterlambatan.

2. Sasaran pelaksanaan K3 RS belum tercapai maksimal.

Sasaran K3 RS adalah Rumah sakit, karyawan Rumah sakit, pasien dan pengunjung rumahsakit. Dengan banyaknya pasien dan pengunjung Rumah sakit yang ada di RSHS menyebabkan kurang maksimalnya pelaksanaan K3 sebab tidak semua pasien dan pengunjung mengindahkan intruksi yang ada di Rumah Sakit.

B. Pemecahan permasalahan

Analisis penyelesaian permasalahan K3 yang ada di RSHS adalah sebagai berikut:

1. Dengan masih adanya kekurang disiplinan di setiap bagian Rumah sakit untuk melaporkan data kecelakaan yang ini meliputi kesehatan keselamatan kerja maka perlu adanya penegasan atau aturan khusus untuk penegakan kedisiplinan yang di sertai dengan adanya sangsi.

2. Dengan banyaknya para pasien dan pengunjung yang ada yang menyebabkan pelaksanaan sasaran K3 belum maksimal maka dapat di upayakan dengan pengadaan sosialisasi baik secara langsung maupun dengan cara tidak langsung.cara langsung dapat di lakukan kepada para pasien pada saat pemeriksaan, secara tidak langsung dapat dengan cara pamflet atau spanduk yang dapat mengingatkan kepada pengunjung.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Keadaan kesehatan keselamatan kerja di RSHS sudah baik.Sudah ada tim pelasana manejemen K3RS di setiap unit.

2. Analisis kesehatan keselamatan kerja di RSHS telah di laksanaakan dengan baik ini dengan adanya implementasi dari K3RS,namun masih ada permasalahan yang ada mengenai pelaksanaan K3 itu sendiri.

3. Permasalahan dan Analisis pemecahan masalah K3 yang ada di RSHS meliputi

a. Dari dalam sendiri yang masih kurang adanya kedisiplinan tim di masing-masing bidang untuk melaporkan kegiatan k3nya yang mencakup terjadinya kecelakaan kerja.Analisisnya ini dapat di atasi dengan adanya peraturan yang mengikat.

b. Pelaksanaan K3 yang masih kurang dengan masih belum tercapainya sasaran K3 yaitu pasien dan pengunjung.Banyaknya pengunjung dan pasien yang ada menyebabkan pelaksanaan K3 kurang maksimal,masih perlu ada sosialisasi yang tepat kepada pasien dan pengunjung yang ada.

B. Saran

3. Pelaksanaan K3 meliputi banyak hal dan melibatkan banyak orang sehingga perlu adanya kerjasama di setiap unit.

4. K3 merupakan hal yang penting karena menyangkut keselamatan maka pelaksanaanya harus tegas dan sesuai.

lampiran

PT. GANI ARTA DWI TUNGGAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tekstil merupakan bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagaibahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya.

Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut :

1. Berdasar jenis produk / bentuknya : serat staple, serat filament, benang, kain, produk jadi (pakaian / produk kerajinan, dan lain-lain).

2. Berdasar jenis bahannya : serat alam, serat sintetis, serat campuran

3. Berdasarkan jenis warna / motifnya : putih, berwarna, bermotif/ bergambar

4. Berdasarkan jenis konstruksinya : tenun, rajut, renda, kempa, benang tunggal, dan benang gintir.

Pengetahuan tentang jenis dan sifat serat tekstil sangat diperlukan untuk mengenali, memilih, memproduksi, menggunaklan dan merawat berbagai produk tekstil sepeti serat, benang, kain, pakaian, dan tekstil lenan rumah tangga lainnya. Karakteristik dan sifat bahan tekstil sangat ditentukan oleh karakteristik dan sifat serat penyusunnya.

PT.Gani Arta Dwitunggal merupakan perusahaan yang berdiri di bidang garment yang mengolah berbagai jenis tekstil yang merekrut banyak karyawan dari sekitar lokasi tersebut. Dalam suatu perusahaan, Kesehatan dan keselamtan kerja sangat penting karena sangat terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja

B. Tujuan

1. Mengetahui proses kegiatan yang ada di PT.Gani Arta Dwitunggal

2. Mengetahui bentuk keselamatan kerja di PT.Gani Arta Dwitunggal

3. Mengetahui permasalahan yang ada di PT.Gani Arta Dwitunggal

4. Mengetahui pemecahan masalah yang ada di PT. Gani Arta Dwitunggal

C. Manfaat

1. Bagi masyarakat

Menambah pengetahuan mengenai pelaksanaan kesehatan keselamatan kerja yang ada di PT.Gani Arta Dwitunggal

2. Bagi pengamat

Menambah wawasan mengenai pelaksanaan kesehatan keselamatan kerja yang ada di PT.Gani Arta Dwitunggal.

BAB II

ISI

A. Data Umum

PT.Gani Arta pertama kali didirikan di Jl.Raya Berung km 10.no.6-8,Bandung,oleh bapak Mukin sunadim tahun 1972.kemudian pada tahun 1988 di gantikan oleh bapak Budiprawira Sunadim,putra dari bapak Mukin Sunadim.

Perusahaannya mampu tumbuh pesat sehingga pada tahun 1993 melebarkan sayap dengan membuka PT.Gani Arta Dwitunggal di Jl.Batujajar,Padalarang.

Pada tahun 2003 kedua pabrik digabungkan di Padalarang untuk memudahkan manajemen dan produksi yang lebih efisien.

PT.Gani Arta bergerak dalam bidang garmen atau biasa disebut tekstil.

B. Proses Kegiatan PT. Gani Arta Dwitunggal

yarn preparation

Design

Knitting

Dyeing

Finishing

inspecting

Packaging

PT.Gani Arta DwiTunggal di dukung dengan mesin sophisticated knitting yang di datangkan dari China,Japan,dan Jerman.semua prose produksi dilakukan dengan penanganan yang baik. PT.Gani Arta Dwitunggal di lengkapi dengan system pembuangan limbah yang baik.Untuk menetralkan bahan kimia dari proses produksi.Agar tidak mencemarai lingkungan.

C. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Semenjak direkrut karyawan baru yang mau masuk, masalah penerapan dan pelaksanaan K3 sudah diterapkan dengan cara sosialisasi. Di tempat produksi yang berpotensi menimbulkan bahaya di pasang plakat dan cara kerja penggunaan alat.

Dalam pelaksanaan kesehatan keselamatan kerja di PT.Gani Arta Dwi Tunggal sudah di bentu team di setiap bagiannya.Kesehatan keselamatan kerja yang meliputi dalam hal gizi kerja di laksanakan dengan penyediaan kantin dengan porsi makanan yang telah di jadwalka.Dan pemberian kupon setiap 3 bulan sekali.sealin itu juga adanya pemberian makanan tambahan untuk pekerja malam walaupun hanya berupa mie instan dan kopi.Untuk melindungan dan mencegah kecelakaan kerja pada pekerja di lakukan dengan pemberian selebaran,sosialisasi dan pemberia sensor pengaman.Penangan kebakaran di lakukan dengan penyediaan tabung pengaman.Sistem kerja yang dilakukan dengan pembagian sift.Sift di bagi menjadi 3 yaitu sift pagi jam 07.00 -14.00WIB,sift siang jam 14.00-22.00WIB,sift malam jam 22.00-07.00WIB.

Setiap karyawan yang bekerja diwajibkan mengikuti program jamsostek.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Permasalahan

1. Tidak terdapat rolling pekerjaan pada setiap karyawan.

2. Adanya bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi

3. Pemakaian APD tidak dipergunakan dalam semua jenis pekerjaan

B. Pemecahaan Masalah

1. Dengan rolling pekerjaan untuk menghindari paparan

2. Meminimalisir penggunaan bahan kimia

3. Peraturan yang mengikat mengenai APD dan kebersihan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Proses kegiatan yang ada di PT.Gani Arta berupa pembuatan textil.Proses produksi dimulai dengan:

Yarnpreparation→design→knitting→dyeing→finishing→inspecting→ packaging

2. Bentuk keselamatan kerja di PT Gani Arta Dwitunggal

3. Permasalahan yang ada di PT. Gani Arta Dwitunggal

a. Tidak terdapat rolling pekerjaan pada setiap karyawan.

b. Adanya bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi

c. Pemakaian APD tidak dipergunakan dalam semua jenis pekerjaan

4. Cara pemecahan masalah yang ada di PT. Gani Arta Dwitunggal

a. Dengan rolling pekerjaan untuk menghindari paparan

b. Meminimalisir penggunaan bahan kimia

c. Peraturan yang mengikat mengenai APD dan kebersihan

B. Saran\

1. Pelaksanaan kegiatan Kesehatan dan keselamatan kerja tidak mudah di lakukan maka perlu adanya kerjasama di semua pihak.

2. Pengamatan K3 membutuhkan ketelitian dan pengetahuan.